Breaking

Post Top Ad

Your Ad Spot

Wednesday, May 1, 2019

DOUBLE DATE SEX

Poker Terpercaya - Waktu istriku inginkan ganti pakaian, kurekam dengan video hpku, Dia nggak nyadar sama sekali bila aku sedang merekamnya khususnya waktu dia telanjang bulat. Beberapa hari kemudian, entah mengapa aku punya motivasi aneh, hendak memperlihatkan rekaman di hpku tersebut kepada Ronny, kawan dekatku.

“Lihat nih, bini aku sexy kan?” kataku bangga.

Ronny melotot dan berdecak kagum, “sexy sekali ?”
“Noni (nama istri Ronny) pernah direkam gini?” tanyaku tetap dengan nada bangga.

“Belum,” Ronny menggeleng,

“Tapi inginkan ah…nanti malam aku inginkan ML sama dia, sekalian direkam diam-diam.”

“Sip! Nanti lihatin ke aku ya,” kataku bersemangat,

“sekalian aku pun nanti malam inginkan ML sama istriku, seraya direkam juga.”

“Terus kelak hasilnya tukaran ya, punya anda lihatin ke aku, punya aku lihatin ke kamu,” usul Ronny yang langsung kusetujui.

Malamnya, aku benar-benar ML dengan Lina, istriku. Dia tidak tahu bahwa aku merekamnya di hpku yang telah kuatur letaknya sebelum mengajaknya ML. Besoknya aku dan sahabatku menepati janji. Kuserahkan hpku untuk disaksikan oleh Ronny sedangkan aku merasakan hasil rekaman sahabatku itu. 


newporkas.com


Poker Online - Kami sama-sama terangsang oleh tontonan yang sangat individu sifatnya itu. Bahkan Ronny sempat terlongong setelah membalikkan hpku, laksana ada yang dipikirkan olehnya.

“Joko…kalau anda swinger gimana? Jujur, aku belum pernah menikmati swinger,” kata Ronny tiba-tiba.

Aku terkejut. Tak pernah kupikir sebelumnya akan mengerjakan seperti yang Ronny usulkan itu.
“Kamu tidak boleh tersinggung, Joko,” Ronny menepuk bahuku,

“Ini hanya usul…kalau anda nggak keberatan, aku pun gak maksa. Yang jelas, kamu dapat nyobain Noni, aku nyobain Lina. Adil kan?”

Aku terbengong-bengong. Terus terang, usul Ronny mengejutkan sekaligus membuatku bergairah. Kubayangkan istriku sedang disetubuhi oleh sahabatku itu sedangkan aku menyetubuhi istrinya. Baru dibincangkan saja penisku telah ngacung, lagipula kalau benar-benar dilaksanakan. Maka setelah beranggapan agak lama,

kujawab, “Usul edan namun menggiurkan. Cuman…gimana teknik meyakinkan istriku ya? Kalau dia gak inginkan kan susah. Istrimu sendiri gimana?”

“Soal istriku, serahkan padaku. Kamu urus Lina saja, atur agar mau,” kata Ronny.

“Lina paling konservatif, kamu pun tahu tersebut kan?”

“Lina yang konservatif apa anda sendiri yang tidak inginkan swinger?” Ronny menepuk bahuku seraya menertawakanku.

“Aku mau…mau…tapi bagaimana teknik meyakinkan Lina ya?”

“Begini aja,” kata Ronny di tengah kebingunganku,

“kita jebak mereka ke dalam kondisi yang inginkan tidak inginkan harus mereka terima.”

“Maksudmu?”

“Aku kan punya villa family di Cipanas. Kita ajak mereka week end di sana.”

“Yayaya…jebakannya di sebelah mananya?”

“Kita bawa Martini atau Tequila…minum rame2, anda pada minum di sana. Setelah mereka rada kleyengan, anda matiin lampu hingga gelap sekali. Saat tersebut aku bakal menelanjangi istriku, kamu pun telanjangi istrimu. Lalu kita buat foreplay dengan istri anda masing-masing. Nah…lalu diem-diem anda tukar tempat. Kamu terkam istriku, aku terkam istrimu. Deal?”

“Hahahaaa! Deal! Deal!” seruku gembira dengan usul sahabatku, walau sebenarnya terdapat tandatanya di hatiku. Benarkah mentalku telah siap untuk tidak mempedulikan istriku disetubuhi orang lain? Tapi…bukankah aku pun akan menggauli istri Ronny? Bukankah ini paling adil untuk kami?

Lalu kami tentukan harinya. Hari yang akan paling bersejarah itu.Setelah aku berpisah dengan Ronny, aku kembali dengan 1001 imajinasi di benakku. Membayangkan istriku yang manis dan bertubuh mulus tersebut akan digeluti oleh Ronny, sedangkan aku bakal menggeluti Noni, istri Ronny.

Aneh, baru membayangkannya saja aku jadi paling terangsang. Apalagi pada masa-masa mengalaminya nanti. Lina telah 4 tahun jadi istriku. Pada saat cerita ini terjadi Lina telah berusia 26 tahun, sementara aku sendiri sudah nyaris 30 tahun. Kami telah dikaruniai seorang putra yang baru berumur 2 tahun.

Ibu mertuaku paling sayang pada Bernard, nama anakku, jauh melebihi ketelatenan babysitter yang bekerja di rumahku semenjak anakku berusia setahun. Karena tersebut tiada masalah bila aku dan Lina bepergian, sebab di rumahku terdapat babysitter dan ibu mertuaku. Maka dengan wajah terang Lina mengamini ajakanku untuk selesai pekan di Cipanas.

“Ronny punya villa di sana, ya Mas?” tanyanya.

”Iya,” aku mengangguk,

“villa punya orang tuanya.”

”Ronny dan Noni pun ikut nanti?”

”Ya iyalah. Kalau mereka gak ikut, ya gak enak dong kita pake villa orang tanpa pemiliknya. Kecuali bila kita sewa villa orang lain.”

Singkatnya, pada hari yang sudah ditentukan, Ronny dan Noni menyampar ke rumahku dengan Honda Citynya. Aku pun segera mungkin memanaskan mesin Toyota Viosku.Tak lama kemudian, aku telah menggerakkan mobilku, bareng Lina di sisiku, mengekor mobil Ronny dan Noni. Seperti yang sudah ditata semula, aku membekal Tequila yang katanya dapat membuat perempuan jadi horny.

Untuk acara rahasiaku dan Ronny sesudah berada di villa nanti.Lina tidak tahu bahwa saat aku menyetir mobil mengarah ke Cipanas, jantungku berdegup-degup terus, sebab membayangkan apa yang bakal terjadi sejumlah jam lagi. Membayangkan sesuatu yang belum pernah kualami dan akan memunculkan kesan mendalam dalam kehidupan dan hasrat birahiku.

Sesampainya di depan villa, jantungku kian berdebar-debar. Tapi aku mengupayakan menekannya dengan menyapukan pandangan ke selama villa yang memang estetis pemandangannya. Diam-diam kuperhatikan Ronny. Ternyata sama denganku, senyumnya terlihat canggung. Lalu kami masuk ke dalam villa.

Lina dan Noni bersih-bersih dulu di dalam villa, aku dan Ronny terbit lagi, kemudian berjalan-jalan agak menjauh dari villa. Dan ngobrol dengan suara separuh berbisik:

“Kamu nafsu gak liat Noni?” tanyanya.

“Kamu sendiri gimana? Nafsu gak liat Lina?” aku balik bertanya.

“Ya iyalah, makanya aku yang usul kesatu, sebab tergiur sekali waktu menyaksikan dia bugil di hpmu itu.”

“Sama,” kataku seraya tersenyum canggung,

“aku pun jadi nafsu melihat format istrimu yang seksi…”

Darahku tersirap mendengar pujian itu. Tapi terasa kian membuatku penasaran, hendak segera tau apa yang bakal terjadi nanti. Kami berunding diam-diam mengenai apa yang bakal kami kerjakan nanti. Setelah matang rencananya, kami pulang ke villa. Di dalam villa, sudut pandangku mencuri-curi pandang terus ke arah Noni yang nanti bakal kugauli.

Kurasa Noni dan Lina punya keistimewaaan masing-masing. Kulit Lina kuning serupa kulit perempuan Jepang, sedangkan Noni berkulit sawomatang. Lina termasuk berwajah cantik, sedangkan Noni dapat kunilai hitam manis. Tubuh Noni tidak banyak lebih tinggi dari pada Lina, kutaksir selama 170cm gitu sedangkan Lina 168cm.

Yang unik dari hasil curi-curi pandang ini merupakan, toket Noni itu…aku yakin besar sekali…mungkin behanya berukuran 38 ke atas. Sedangkan toket Lina biasa-biasa saja, behanya pun hanya 34. Menjelang senja, kami santap malam dulu di restoran yang sangat dekat dengan villa family Ronny.

Pada ketika itulah kulihat Lina dan Noni seakan berlomba dalam berpakaian. Mereka seolah hendak tampil seseksi mungkin. Padahal aku tak menyarankan apa-apa untuk istriku. Dan kulihat mata Ronny sering menyimak istriku. Sialan…sebentar lagi dia akan merasakan kemulusan dan kepadatan tubuh istriku.

Tapi benak ini malah diam-diam menciptakan penisku hidup, mengeras dan mengeras terus. Terlebih-lebih setelah menginginkan bahwa guna kesatu kalinya aku akan merasakan kesintalan tubuh Noni yang hitam manis itu. Selesai makan, hari mulai malam. Kami juga kembali ke villa.
Seperti yang sudah direncanakan, kami minum tequila di sofa ruang depan.

Cukup tidak sedikit kami membekal minuman itu, sebab aku melakukan pembelian dua botol, ternyata Ronny juga membekal tiga botol. Untungnya Lina dan Noni tidak menampik waktu ditawari minum, dengan dalil untuk mengenyahkan hawa dingin. Baru menguras dua sloki, wajah Lina mulai merah. Sikapnya padaku mulai romantis. Noni juga sama, ia mulai mendekap pinggang Ronny dengan sorot mata berharap.

Lalu kata Ronny, “Kita buat pesta di dalam kamar yuk…sama-sama main…come on honey,” Ronny meraih lengan istrinya seraya melirik padaku, “ayo Joko…kamarnya hanya satu, kita pake rame2 yok.”

Kuraih pun lengan Lina yang terlihat mulai agak teler. Lalu kami ikuti tahapan Ronny ke dalam kamar yang agak besar, dengan dua bed berdampingan. Sesampainya di kamar, Ronny langsung menerkam dan menghimpit istrinya. Adegan tersebut tidak dapat lama-lama kulihat, sebab setelah aku dan istriku naik ke atas bed yang masih kosong, Ronny memijat knop sakelar yang letaknya tak jauh dari bantalnya.

Kamar tersebut langsung gelap gulita. Dan tersiar suara Ronny, “Biar kamu sama-sama asyik dengan istri kita masing-masing, Joko.”

Aku cuma membalas dengan ketawa kecil. Tapi dalam gelap aku mulai mencopot pakaianku sehelai demi sehelai hingga telanjang bulat kemudian membisiki telinga istriku, “Ayo dong buka pakaianmu semua.”

Agen Poker - Lina tidak buang-buang waktu. Ia tahu serupa apa yang kuinginkan dalam saat-saat laksana itu. Dalam kegelapan kamar villa, Lina mulai menelanjangi dirinya. Sementara kudengar desah napas Noni yang mulai tersengal-sengal, entah apa yang telah terjadi di bed yang satu lagi itu. Mungkin Ronny sedang menjilati puting payudara atau vagina istrinya, entahlah…yang jelas aku juga mulai menggumuli istriku dalam kegelapan.

Terdengar suara Noni, “Oooh…Bang Ronny…oooh….iya Bang…begituin….oooh…masukin aja Bang…aku gak tahan lagi nih…ooohhh…”

Terangsang oleh suara istri sahabatku itu, aku juga mulai menjilati puting payudara Lina. Tapi tak lama lantas terasa tanganku dipegang oleh tangan kasar. Tangan Ronny. Aku memahami maksudnya, bahwa aku mesti segera pindah ke bed yang satunya lagi sedangkan Ronny bakal pindah ke bedku.

Inilah saat-saat yang sangat mendebarkan. Aku bergerak ke arah bed di sebelah, kemudian mulai menjamah tubuh Noni. Mudah-mudahan saja Noni terbius bahwa sekarang tidak lagi suaminya yang akan merasakan kesintalan tubuhnya. Mudah-mudahan pula Lina tidak menyadari bahwa posisiku telah diganti oleh Ronny.

Wow, aku mulai merasakan hangatnya pelukan Noni. Tampaknya dia belum sadar bahwa posisi suaminya telah diganti olehku.”Masukin aja Bang, telah gak tahan nih…horny banget,” bisik Noni yang telah berada di bawah himpitanku.

Bicara begitu, terasa tangan Noni mulai memegang batang kemaluanku yang memang telah keras. Apakah inginkan main langsung-langsungan saja? Kurasa guna yang kesatu kalinya memang mesti begitu. Jangan tidak sedikit variasi dulu. Nanti bila Noni dan Lina telah menyadari urusan ini, barulah gunakan foreplay sejumlah mungkin.

Maka tanpa tidak sedikit pikir-pikir lagi, kubiarkan Noni menempatkan ujung penisku di tepi vaginanya. Kemudian kudorong tidak banyak demi sedikit, serupa pada ketika kudengar suara Lina, “Mas…cepetan dong masukin…duuuhh…kenapa jadi horny gini? Gara-gara minuman tadi kali ya…naaahhh…..iiih…kok punya Mas terasa jadi agak gede? Diapain?”

Gila…itu berarti penis Ronny telah dimasukin ke dalam liang kemaluan istriku! Tapi…bukankah penisku pun sudah mulai melesak ke dalam liang senggama Noni?

Bukan hanya melesak, tapi telah mulai kuayun dengan mantapnya, sebab liang senggama Noni sudah tidak sedikit lendirnya mungkin hasil rangsangan Ronny tadi. Penisku telah maju mundur dalam jepitan liang surgawi Noni yang terasa begini legitnya, mungkin sebab dia belum mencetuskan anak.

Liang vaginanya terasa paling mencengkram dan hangat. Desah nafasnya pun kian nyata diiringi rintihan-rintihan nikmatnya, “Ooohh Bang…oooh…bang…oooh…kok enak sekali ini bang…..oooh…” sedangkan kedua lengannya memeluk pinggangku kuat-kuat. Ini membuatku kian bernafsu.

Lalu…seperti yang telah direncanakan, diam-diam Ronny memijat sakelar lampu dan….tiba-tiba kamar tersebut jadi cerah benderang. Ini cocok dengan kesepakatan aku dan Ronny. Bahwa dalam suasana sudah telanjur yakni penisku telah main di dalam liang vagina Noni dan penis Ronny telah maju mundur di dalam liang vagina istriku, baik Noni inginkan pun istriku takkan dapat menghindar lagi dari fakta yang telah direncanakan oleh Ronny denganku itu.

Setelah kamar villa cerah benderang, pasti saja Noni dan istriku terkejut sesudah menyadari dengan siapa mereka sedang bersetubuh.

“Bang Ronny?!” seru istriku di bed sebelah.

“Mas Joko?!” seru Noni yang sedang kusetubuhi dengan gencarnya.

Lalu tersiar Ronny tertawa, “Hahahaaa….kita lanjutkan saja…sudah telanjur kan?”

“Jadi semuanya ini telah direncanakan?” tanya Noni yang tampak berjuang mengendalikan kekagetannya.

“Iya…ini adil kan?” bisikku seraya meremas buah dadanya yang benar-benar montok itu.

“Aaahhh…” cuma tersebut yang terlontar dari mulut Noni, lantas dia memeluk lagi pinggangku dan mulai menggoyang pinggulnya dengan gerakan yang trampil, seperti menyusun angka 8.

Kulirik Lina laksana bingung. Ia menoleh padaku, seakan bertanya mengapa jadi laksana ini? Lalu kutanggapi dengan senyum…dan celotehku, “Enjoy saja….”

Mungkin Lina geram melihatku sedang bersetubuh dengan Noni, kemudian ia balas dendam dengan mencengkram bahu Ronny dan mulai menggoyang pinggulnya. Gila…cemburu pun aku dibuatnya. Seingatku, tak pernah Lina menggoyang pinggulnya seedan tersebut waktu kusetubuhi. Tapi kecemburuanku ini berbuah nafsu dan gairah yang luar biasa.

Enjotan penisku di dalam liang surgawi Noni terasa nikmat luar biasa! Maka semakin edan pula kuhentak-hentak penisku, laksana meronta-ronta dalam jepitan Noni…oh…ini nikmat sekali!

Suasana menjadi semakin erotis dan misterius. Noni meladeni enjotan penisku dengan energik, pinggulnya meliuk-liuk seperti penari India. Tapi aku tak tahu apa yang bersemayam di benaknya. Ketika aku melirik ke samping, goyang pinggul Lina juga tak kalah edannya. Seolah ingin berlomba dengan dinamisnya goyang pinggul Noni.

Ada perasaan geram dan cemburu di hatiku menyaksikan ulah istriku laksana itu. Tapi bukankah aku sendiri sedang merasakan kehangatan tubuh istri sahabatku?
Di tengah persenggamaan yang seru ini aku sempat berbisik terengah di telinga Noni, “Gimana? Enak?”

“Enak sekali….aaah….” sahut Noni dalam bisikan juga, barangkali takut tersiar oleh suaminya.

“Nanti lepasin di dalam apa di luar?” bisikku lagi.

“Terserah, aku kan belum punya anak…siapa tahu dapat punya darimu,” bisik Noni pelan sekali, tentu takkan tersiar oleh suaminya yang semakin asyik menyetubuhi istriku.

Bisikan Noni tersebut membuatku semakin bergairah membuai batang kemaluanku. Tapi sekaligus membuatku tak dapat bertahan lagi, “Aku telah mau keluar”, bisikku.

“Tahan dulu,” sahut Noni, “aku pun sudah mau terbit Mas…barengin keluarnya ya…biar enak…”

Agen Judi - Lalu kami laksana dua ekor hewan buas, saling cengkram, saling remas, saling jambak…dan kesudahannya tak tertahankan lagi, bersemburanlah air mani dari batang kemaluanku, disambut dengan kedutan-kedutan liang kemaluan Noni di puncak orgasmenya. Kami menggelepar…menggeliat…berkeju terkejut…lalu sama-sama terkulai di puncak kepuasan.

Tapi kulihat Ronny masih asyik mengenjot batang kemaluannya di dalam liang kemaluan istriku. Bahkan di satu saat, mereka mengolah posisi. Lina di atas, Ronny di bawah. Oh…ini benar-benar membuatku cemburu. Karena kulihat istriku yang aktif membuai pinggulnya sedangkan Ronny merem melek seraya terlentang…

Kucabut batang kemaluanku dari dalam vagina Noni yang telah basah kuyup oleh spermaku dan lendir Noni sendiri. Lalu aku duduk bersila sambil menyaksikan persetubuhan Ronny dengan istriku. Aku terlongong menonton betapa aktifnya Lina ketika itu. Dengan tidak banyak berjongkok, ia membuai pinggulnya sedemikian rupa, sampai-sampai liang kemaluannya seolah membesot-besot batang kemaluan Ronny.

Noni pun menyaksikan persetubuhan antara suaminya dengan istriku itu. Dan tampaknya Noni laksana kepanasan. Diam-diam ia menggenggam batang kemaluanku yang telah mulai membesar, sebab terangsang menonton istriku sedang gila-gilanya bersetubuh dengan sahabatku. Tiba-tiba Noni mendekatkan wajahnya ke pahaku yang sedang bersila ini, ah…tangannya memegang batang kemaluanku seraya menjilatinya.

Sungguh semuanya ini mendebarkan dadaku…terlebih sesudah Noni menghisap-hisap penisku, di depan mata suaminya yang sedang menyetubuhi istriku! Hanya dalam tempo singkat penisku telah mengeras kembali. Dengan sigap Noni mendorong dadaku supaya terlentang, kemudian dengan berjongkok ia berjuang memasukkan penisku ke dalam liang surgawinya.

Mungkin ia iri menyaksikan suaminya sedang dipuasi oleh istriku dalam posisi terbalik begitu, kemudian ia hendak melakukan urusan yang sama. Blesss….penisku mulai membenam ke dalam liang Noni… Noni mulai memainkan pinggulnya dengan bersemangat sekali, naik turun dan bergoyang meliuk-liuk…ooh…penisku terasa dibesot-besot dan diremas-remas.

Bukan main nikmatnya, menciptakan nafasku tertahan-tahan seraya mulai meremas-remas payudara montok yang bergelantungan di atas dadaku…dan di bed yang satu lagi, kulihat istriku lebih bersemangat lagi, mengenjot pinggulnya seraya berciuman dengan Ronny. Ih…aku cemburu…tapi kecemburuanku ini jstru membangunkan rangsangan dahsyat di jiwaku.

Sulit menggambarkan suasana yang sebenarnya ketika itu, sebab aku pun sudah diprovokasi alkohol dari tequila yang kami minum tadi. Yang jelas sepulangnya dari villa itu, Lina terus-terusan menyandarkan kepalanya di bahuku. Kujalankan mobilku dengan kecepatan sedang-sedang saja, karena hendak sambil mengobrol dengan istriku.

“Bagaimana kesanmu, Lin?” tanyaku di satu saat.

“Gak tau ah…” Lina menggeleng, namun kulihat terdapat senyum di bibirnya.

“Suka kan? Bilang aja terus terang. Semuanya ini kan demi kesenangan kita bersama.”

“Mas sendiri, suka kan dapat menggauli Noni?”

“Hmm…terus terang, aku lebih suka melihatmu sedang digauli oleh Ronny. Ada perasaan cemburu, namun cemburu itulah yang membuatku jadi paling terangsang.”

Karena hal itu istriku pun mulai memegang penisku dan aku pun mempercepatkan mobilku. Sesampainya di rumah istriku tidak tunggu lama lagi langsung melakukan hubungan spesial dengan aku sampai aku puas sekali. Lina melakukan dengan Ronny itu pun di turunkan kepada aku tapi lebih dasyat lagi.

No comments:

Post a Comment

Post Top Ad

Your Ad Spot